Disaat Langit Menangis dan Bumi Berzikir: Kisah Patia di Tengah Genangan Air Kehidupan

Pandeglang, Jurnalis Banten Bersatu Malam Selasa yang pekat berubah menjadi panggung sunyi bagi butir hujan yang jatuh tanpa henti. Dari langit yang kelam, air beriringan menuruni atap-atap rumah dan sawah-sawah yang terbentang di Kecamatan Patia. Di wilayah yang saban tahun akrab dengan banjir ini, manusia kembali diuji oleh siklus alam yang tiada henti berulang, Rabu (5/11/2025).

Namun, di balik derasnya arus dan dinginnya air, terselip hikmah yang mengajarkan kesabaran serta rasa syukur atas setiap takdir yang ditetapkan oleh Sang Pencipta.

Sebagai jurnalis desa, saya menulis dengan nurani. Bahwa lir ibarat Patia menjadi langganan banjir, tetapi manusia yang berakal hendaknya tak sekadar meratap pada nasib. Sebab setiap tetes hujan membawa pesan tentang keteraturan kosmos dan kebesaran Ilahi.

Air yang menggenang bukan sekadar bencana, melainkan juga cermin kehidupan—bahwa segala sesuatu memiliki arusnya sendiri, sebagaimana waktu yang mengalir tanpa dapat ditahan.

Sejak malam Selasa hingga Rabu pagi, curah hujan mengguyur dengan intensitas tinggi. Titik-titik rawan banjir di beberapa desa mulai digenangi air, memperlihatkan wajah alam yang kembali mengingatkan manusia akan keterbatasannya.

Dari Desa Pasirgadung hingga Cimoyan, aliran air dari Sungai Cibeureum tampak meluap, melintasi jalan kabupaten yang menghubungkan Babakankeusik dan wilayah sekitarnya. Genangan mulai menutupi sebagian jalur utama, memaksa kendaraan melambat dan warga berhati-hati dalam melintasinya.

Di tengah situasi tersebut, aktivitas masyarakat tetap berjalan. Hari ini, Sekretaris Umum PGRI Kabupaten Pandeglang, Ikhwan Zainudin, M.Pd., akan memimpin sidang pleno pemilihan dalam agenda Konferensi Cabang (Koncab) PGRI Kecamatan Pagelaran. Di sela pelaksanaan kegiatan itu, terlihat pula air yang mulai meninggi di sekitar lokasi, menjadi saksi diam atas semangat para pendidik yang tetap berkhidmat meski alam tengah bergolak.

Banjir di Patia bukanlah hal baru. Namun, setiap datangnya musim penghujan, selalu ada kisah baru yang menetes bersama derasnya hujan. Kisah tentang keteguhan, kebersamaan, dan ketulusan menerima kenyataan hidup. Alam memberi ujian bukan untuk melemahkan, melainkan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa manusia hanyalah bagian kecil dari semesta yang luas.

Maka, ketika air kembali meluap di tanah Patia, biarlah kita tidak hanya memandangnya sebagai bencana, melainkan sebagai peringatan lembut dari alam. Bahwa dalam derasnya hujan, tersimpan rahmat; dalam genangan, ada pelajaran; dan dalam keterbatasan manusia, tersimpan ruang bagi syukur yang tulus. Karena sejatinya, kehidupan adalah tentang menerima, berjuang, dan tetap berserah pada kehendak Tuhan yang Maha Kuasa.

— Kasman, Jurnalis Desa Dungushaur Surianeun Patia

Related posts
Tutup
Tutup